isess2013 – Harga telur yang terus meroket menjadi perhatian publik di Amerika Serikat. Banyak yang bertanya-tanya siapa yang harus disalahkan atas kenaikan harga ini. Namun, faktanya, kenaikan harga telur bukanlah kesalahan Presiden Joe Biden atau mantan Presiden Donald Trump, melainkan akibat dari beberapa faktor kompleks yang saling berkaitan.
Salah satu penyebab utama kenaikan harga telur adalah wabah flu burung yang telah melanda peternakan unggas sejak awal 2022. Wabah ini telah menyebabkan jutaan ayam petelur harus dimusnahkan untuk mencegah penyebaran virus. Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), lebih dari 134 juta burung telah terinfeksi flu burung sejak wabah dimulai, termasuk ayam petelur yang bertanggung jawab atas produksi telur. Hal ini secara signifikan mengurangi pasokan telur di pasar.
Selain flu burung, inflasi juga menjadi faktor penting yang mendorong kenaikan harga telur. Biaya pakan ternak, energi, dan kemasan telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya, biaya pakan ternak telah naik sebesar 17 sen per pon dalam dua tahun terakhir, yang secara langsung mempengaruhi biaya produksi telur.
Faktor lain yang turut berperan adalah perubahan regulasi terkait praktik peternakan. Beberapa negara bagian server jepang, seperti California dan Massachusetts, telah menerapkan undang-undang yang mewajibkan produksi dan penjualan telur dari ayam yang dipelihara tanpa kandang (cage-free). Meskipun kebijakan ini sejalan dengan tuntutan konsumen akan praktik peternakan yang lebih etis, namun memerlukan investasi besar dalam infrastruktur peternakan, yang pada akhirnya meningkatkan biaya produksi dan harga telur.
Permintaan yang tinggi juga menjadi faktor penyebab kenaikan harga telur. Konsumen cenderung membeli lebih banyak telur selama musim liburan dan cuaca dingin, yang meningkatkan permintaan di pasar. Hal ini menciptakan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan, yang pada gilirannya mendorong harga telur naik.
Meskipun kenaikan harga telur ini menjadi tantangan bagi konsumen dan pelaku usaha, pemerintah dan industri telur terus berupaya mencari solusi untuk menstabilkan harga. Beberapa langkah yang diambil termasuk peningkatan biosecurity di peternakan, investasi dalam teknologi untuk mencegah penyebaran flu burung, dan negosiasi kontrak jangka panjang dengan pemasok untuk menstabilkan biaya.