Stevanus Wisnu Wijaya yang merupakan Dekan Sekolah STEM Universitas Prasetya Mulya memandang bahwa kecerdasan buatan atau AI (Artificial intelligence) dapat dilihat sebagai kesempatan mendukung proses pendidikan.
Kehadiran AI ini dapat menimbulkan kekhawatiran pada bidang pendidikan yang dinilai untuk menggantikan peran guru atau dosen. Tetapi, Stevanus juga menyebutkan kalau kekhawatiran ini dapat disikapi secara positif.
Hal ini Stevanus sampaikan pada siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat (19/05/2023).
“Kehadiran AI jangan dilihat sebagai sebuah ancaman, justru sebagai sebuah kesempatan untuk mendukung proses pendidikan,” kata Stevanus.
Pada acara itu juga Stevanus menyebutkan bahwa kecerdasan buatan ini memiliki manfaat sebagai sumber pengetahuan dalam membangun inovasi yang baru. Stevanus menekankan kalau kecerdasan buatan ini dapat menghadirkan pengalaman belajar yang lebih baik untuk siswa jika dimanfaatkan dengan baik.
Jika dimanfaatkan, maka diharapkan siswa dapat terdorong dalam menjadi lebih kreatif. Akhirnya, siswa pun diharapkan bisa ikut berperan di dalam perkembangan teknologi dengan menjadi co-creator dan inovator teknologi baru.
Stevanus pun menambahkan kalau kecerdasan buatan ni pun memiliki banyak potensial yang bisa dimanfaatkan menjadi alat dalam melakukan analisis data yang bermanfaat seperti guru. Ini dapat membuat pemetaan minat dan bakat dari para siswa, sehingga bisa membantu untuk merancang model pembelajaran.
“Kehadiran AI akan mendorong banyak inovasi di bidang pendidikan,” ujar dia.
Survei yang dilakukan oleh Pusat Studi Kebangsaan Indonesia Universitas Prasetya Mulya pada 1.600 mahasiswa dari seluruh Indonesia menunjukkan kalau mayoritas dari responden belajar melalui internet dan media sosial. Sedangkan sisanya, sebanyak 26 persen menjawab belajar dari kelas dan 16 persen lainnya belajar dari buku.
Mengenai hal itu, Noer Hassan Wirajuda yang merupakan Dekan Sekolah Hukum dan Studi Internasional Universitas Prasetiya Mulya mengingatkan kalau pendidik haruslah peka dalam melihat tren di dalam proses pembelajaran. Survei ini memperlihatkan tren baru yang dapat menjadi tantangan dan juga peluang untuk pendidik.
“Guru perlu mengembangkan metode baru dalam pembelajaran yang lebih interaktif, tanpa mengurangi kualitas muatan ilmu yang disampaikan,” kata dia.
Hassan pun mengingatkan kalau para pendidik, baik guru atau dosen, harus bisa siap menghadapi peubahan yang menangkap keinginan dari para anak didiknya. Menurut survei tersebut anak didik lebih ingin proses pembelajaran yang lebih interaktif.
Terakhir, Hassan memberikan contoh pada para pendidik agar bisa memanfaatkan media seperti media sosial, kecerdasan buatan, sampai ke teknologi metaverse. Ini bisa dipakai dalam memberikan materi pendidikan secara multimedia, dengan demikian proses belajar menjadi lebih menarik.